Memahami Psikologi Kenakalan Remaja
Diposting oleh
punyaku on 00.31
Kenakalan remaja
merupakan kata-kata klise yang sering meluncur dari kita semua. Begitu
mudah dua kata itu terucap manakala kita menyaksikan ulah remaja yang
membuat kesal orang tua, guru, ataupun masyarakat umum. Kenakalan remaja
tidak selalu berkonotasi negatif, kadang-kadang hal itu hanyalah
letupan emosional remaja dalam menghadapi masalahnya.
Bagaimana sih seharusnya kita memahami
kenakalan remaja terutama dalam hubungan remaja itu sendiri dengan orang
tua atau keluarga ? Tulisan berikut ini mungkin dapat sedikit membantu
memahami kenakalan remaja terutama dari sisi psikologi.
Kenakalan remaja dan masa disorganisasi
Kata orang, saat-saat yang sering membuat pusing orang tua adalah ketika anak-anaknya
menginjak usia remaja. Misalnya anak yang tadinya pendiam tiba-tiba
menjadi anak yang suka marah, anak yang tadinya penurut berubah menjadi
suka membangkang. Hmm, … merepotkan memang. Tapi apakah mereka kelak
akan selamanya seperti itu ?
Psikolog Dr. Haims Gimet menyebut usia
remaja yang bikin pusing orang tua itu sebagai masa disorganisasi. Masa
disorganisasi adalah masa transisi dari masa anak-anak yang
terorganisasi berubah menjadi masa remaja yang mengalami disorganisasi,
sebelum akhirnya bergerak menuju masa reorganisasi sewaktu yang
bersangkutan dewasa nanti. Usia-usia remaja ini katakanlah sebagai masa
“galau” yang menyembuhkan, tulis Gimet dalam bukunya Between Parents and Teenagers.
Banyak sekali contoh tentang transisi
kejiwaan pada masa remaja yang ditandai dengan “badai kegalauan” itu.
Ketika masih anak-anak mereka tergolong alim dan manis. Kemudian
memasuki usia remaja berubah menjadi nakal dan merepotkan, dan setelah
dewasa menjadi baik kembali.
Contohnya, dalam sejarah Islam siapa
yang tidak mengenal Umar ibnu Khattab ? Sahabat Nabi yang satu ini
berahlak mulia, pengasih, rela berkorban, berani, dan ksatria. Budi
pekertinya yang luhur diakui oleh seluruh dunia
Islam. Tapi siapa yang menyangkal bila pribadi yang penuh teladan itu
dimasa remajanya dahulu sangat nakal kelakuannya. Dulu, Umar adalah tipe
remaja kafir tulen. Namun demikian, masa lalu serta perbuatan maksiat
yang dilakukan Umar sebelum ia beriman kepada Allah langsung dikunci
begitu dua kalimat syahadat diucapkan.
Dari uraian singkat perubahan kehidupan
Umar itu, pelajarannya bagi kita adalah apakah untuk remaja yang
terlanjur “rajin” bikin pusing orang tua itu bisa berubah menjadi baik
seperti halnya Umar ? Jawabnya tentu saja bisa. Perubahan seperti itu
lumrah dan dan sangat sering terjadi.
Pada dasarnya Gimet memandang masa transisi kejiwaan tersebut sebagai proses yang alami dan manusiawi sifatnya. Kenakalan remaja
yang memusingkan itu bisa terjadi pada remaja dimana saja, dan kapan
saja. Sebab secara psikologis mereka sedang tertarik-tarik diantara dua
kutub : yaitu masa anak-anak yang akan dihapuskannya tetapi masih
melekat dan alam dewasa yang asing dan belum dikuasai. Wajar bukan bila
mereka menjadi nakal dan susah diatur ? Dipandang dari segi usia, mereka
memang sedang masanya seperti itu.
Kenakalan remaja dan proses pendewasaan diri
Antara kenakalan remaja dan kriminalitas
dipisahkan garis yang amat tipis. Sudah barang tentu kesimpulan Gimet
tentang sifat yang alami dan manusiawi dari transisi kejiwaan itu tidak untuk membenarkan
terjadinya kenakalan remaja. Apalagi membenarkan kriminalitas.
Pandangan Gimet lebih tepat bila dipakai sebagai bagian dari upaya
memahami masa remaja yang sedang dilanda galau itu.
Terlepas dari alasannya sendiri-sendiri,
harapan menjadi manusia yang baik dan berguna dihari depan tentu
menjadi keinginan baik dari orang tua maupun remaja. Orang tua merasa
pusing ya karena berkepentingan dengan masa depan anaknya. Sudah pasti
ia khawatir dan tidak ingin anaknya terjerumus dalam ulah dan pergaulan
bebas yang tidak sehat.
Sebaliknya bagi remaja, seberapapun
kadarnya, transisi kejiwaan yang penuh kegalauan itu mau tak mau pasti
dilewati demi pematangan pola berpikir dan berperilaku yang bersangkutan
saat dewasa nanti. Itulah sunatullah. Melewati masa remaja yang “galau” itu adalah bagian dari proses pendewasaan remaja itu sendiri.
Yang diperlukan disini adalah pemahaman
kritis kita semua berkenaan dengan transisi kejiwaan yang sedang dialami
remaja. Tanpa perlu bersikap permisif, kita bisa ‘kan melihat kenakalan remaja itu dalam konteks psikologi dan kedinamikaan mereka ?

Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Share your views...
0 Respones to "Memahami Psikologi Kenakalan Remaja "
Posting Komentar